Misi eksplorasi Planet Merkurius yang dilakukan wahana antariksa Messenger (Mercury Surface, Space Environment, Geochemistry, and Ranging) selama 11 tahun akhirnya berakhir.
Perjalanan panjang yang dilalui wahana tersebut sejak diluncurkan tahun 2004 diakhiri secara dramatis dengan menjatuhkannya ke permukaan Merkurius.
"Misi Messenger menyediakan amunisi baru bagi para ilmuwan untuk memulai tahap misi selanjutnya yakni menganalisis data-data yang sudah ada di arsip dan mengungkap misteri Merkurius," demikian pernyataan resmi NASA.
Messenger menabrakkan diri ke permukaan Merkurius dengan kecepatan 8.750 mil per jam atau sekitar 4 kilometer per detik. Hasil tumbukan wahana yang hanya sepanjang 3 meter diperkirakan menciptakan kawah baru di permukaan Merkurius dengan diameter sekitar 16 meter.
Pengendali misi di Applied Physics Laboratory (APL) Johns Hopkins University di Laurel, Maryland, AS menyatakan, pesawat antariksa itu menghantam permukaan Merkurius, Kamis (30/4/2015) pukul 02.40 pm EDT atau Jumat pukul 02.40 WIB dini hari.
Sayang, detik-detik terakhir Messenger di permukaan planet terdekat dengan matahari itu tidak dapat diamati karena menabrak permukaan planet yang membelakangi Bumi. Teleskop-teleskop di Bumi tidak bisa menangkap momen tabrakan itu.
Messenger diluncurkan pada 3 Agustus 2004 dan harus mengarungi luar angkasa selama bertahun-tahun sebelum sampai ke orbit Merkurius pada 17 Maret 2011. Selama misi, Messenger sudah mengitari Merkurius sebanyak 4.105 kali.
Seharusnya misi penelitian ilmiah di Merkurius hanya direncanakan hingga Maret 2012. Namun, karena masih berfungsi baik, misi nya diperpanjang hingga dua kali untuk menambah informasi lebih jelas mengenai planet tersebut.
Salah satu hasil penelitian terbaru yang berhasil dilakukan Messenger adalah mengumpulkan informasi-informasi penting tentang anomali magnetik di kerak Merkurius serta kawah-kawah kutub berisi es pada permukaannya.
Messenger juga berhasil menentukan komposisi permukaan Merkurius, mengungkap sejarah geologisnya, menemukan medan magnet internalnya, dan memverifikasi deposit kutubnya yang didominasi air es.
Setelah kehabisan bahan bakar dan tidak bisa lagi meningkatkan ketinggian, Messenger akhirnya tidak bisa menahan gaya gravitasi matahari di orbitnya.
"Hari ini kita menyampaikan perpisahan kepada pesawat paling tangguh yang berhasil menjelajahi planet tetangga," kata Sean Solomon, peneliti utama Messenger dan direktur Lamont-Doherty Earth Observatory Columbia University di Palisades, New York.