Puring dapat ditanam oleh hobiis mulai dari daerah subtropis hingga tropis. keberadaan tanaman ini di Indonesia sudah lama diketahui oleh masyarakat umum sejak zaman dulu. Codiaeum variegatum pada zaman dulu digunakan oleh masyarakat sebagai bahan pelengkap sesaji. Pada upacara suci agama sering dijumpai bagian tanaman ini di dalam sesajian. Bagian tanaman yang sering digunakan yaitu daun. Upacara sesaji tersebut masih berlanjut hingga sekarang
.
Pada upacara pernikahan adat jawa, tangkai dan daun puring melengkapi dekorasi pintu gerbang pernikahan. Berbaur bersama dengan tanaman lain seperti suji, pandan wangi, daun wungu, janur kuning, hanjuang, kelapa gading dan tandan buah pisang. Tanaman berkerabat dekat dengan euphorbia ini hampir selalu dijumpai oleh kita di makam-makam. Terkadang orang menyebut tanaman ini sebagai tanaman kuburan.
Masyarakat Indonesia sering menyebut puring sebagai asli tanaman Indonesia. Hal ini tidak salah, karena masyarakat Indonesia begitu lekat dan akrab dengan Codiaeum variegatum. Hampir seluruh tradisi dan budaya Indonesia dilengkapi oleh tanaman ini. Tanaman yang masih satu famili dengan euphorbia ini dapat dikatakan sebagai warisan leluhur tanaman Indonesia.
Nuansa mistis dapat dirasakan oleh kita pada tanaman Indonesia ini. Air tujuh kembang setaman dilengkapi oleh setangkai ranting dan daun puring. Ranting dan daunnya yang dipegang oleh dukun dicelupkan ke dalam air tujuh kembang. Kemudian dukun tersebut mengibaskan daun dan ranting pada orang yang sedang ruwatan. Konon hal itu dilakukan oleh dukun untuk membuang aura yang buruk atau sial. Pada ritual jamasan benda-benda pusaka dijumpai pula bagian tanaman ini.
Karena begitu beraneka ragam manfaat puring sebagai bagian dari identitas masyarakat Indonesia, tidak berlebihan kalau tanaman warisan leluhur ini sebagai sang pusaka tropis.
Sumber : tanaman.org