Sekelompok Peneliti dari Insititut Teknologi Bandung (ITB) dan Brown University, Amerika Serikat, akan melakukan penelitian pada danau Towuti di Sulawesi Selatan untuk mengungkap kondisi iklim pada zaman purba di sana.
Di sela-sela konferensi pers penelitian ini di Jakarta, Prof. Dr. Satria Bijaksana, ketua tim peneliti mengatakan bahwa penelitian ini akan dilakukan melalui pemeriksaan kandungan sedimen yang ada di dasar danau Towuti.
Menurutnya, danau ini memiliki lapisan sedimen yang lebih tebal dibandingkan danau lain sehingga dapat memperlihatkan seberapa lama umur dari danau tersebut dan diharapkan peneliti bisa melihat kondisi iklim yang sebenarnya terjadi di sana.
"Kandungannya (sedimen) sangat banyak. Di sana punya ketebalan yang jauh lebih tebal dari pada danau sejenis," kata Satria kepada CNN Indonesia.
"Dari sedimen ini kita akan ukur tingkat magnetiknya. Nantinya kita lihat kandungan karbonnya seperti apa. Dari sini kita bisa simpulkan berapa umur danau ini dan bagaimana kondisi iklim pada zamannya," lanjutnya.
Satria menambahkan bahwa lokasi danau Towuti dipilih sebagai objek penelitian karena lokasinya yang berada di tengah-tengah sumber penguapan air di permukaan bumi.
Di dunia, ada tiga sumber penguapan air terbesar. Yaitu di kawasan Amazon, Afrika dan Asia Pasifik.
"Danau Towuti secara geografis tepat berada di tengah sehingga dapat berpengaruh pada kandungan danau tersebut dan sangat memungkinkan untuk penelitian," kata Satria.
Ia menambahkan pentingnya mengetahui iklim zaman purba dan perubahannya hingga sekarang adalah, agar para ahli bisa memprediksi lebih tepat bagaimana iklim pada masa mendatang.
"Dengan begitu, prakiraan iklim di masa datang akan jauh lebih tepat," tutur Satria.
Penelitian ini rencananya akan dimulai pada Mei hingga Juli nanti dan bekerja sama dengan pemerintah setempat. Hasil penelitian diharapkan dapat menjawab pertanyaan mengenai iklim zaman purba dan perubahannya hingga 700 ribu tahun silam. (CNN Indonesia)
Di sela-sela konferensi pers penelitian ini di Jakarta, Prof. Dr. Satria Bijaksana, ketua tim peneliti mengatakan bahwa penelitian ini akan dilakukan melalui pemeriksaan kandungan sedimen yang ada di dasar danau Towuti.
Menurutnya, danau ini memiliki lapisan sedimen yang lebih tebal dibandingkan danau lain sehingga dapat memperlihatkan seberapa lama umur dari danau tersebut dan diharapkan peneliti bisa melihat kondisi iklim yang sebenarnya terjadi di sana.
"Kandungannya (sedimen) sangat banyak. Di sana punya ketebalan yang jauh lebih tebal dari pada danau sejenis," kata Satria kepada CNN Indonesia.
"Dari sedimen ini kita akan ukur tingkat magnetiknya. Nantinya kita lihat kandungan karbonnya seperti apa. Dari sini kita bisa simpulkan berapa umur danau ini dan bagaimana kondisi iklim pada zamannya," lanjutnya.
Satria menambahkan bahwa lokasi danau Towuti dipilih sebagai objek penelitian karena lokasinya yang berada di tengah-tengah sumber penguapan air di permukaan bumi.
Di dunia, ada tiga sumber penguapan air terbesar. Yaitu di kawasan Amazon, Afrika dan Asia Pasifik.
"Danau Towuti secara geografis tepat berada di tengah sehingga dapat berpengaruh pada kandungan danau tersebut dan sangat memungkinkan untuk penelitian," kata Satria.
Ia menambahkan pentingnya mengetahui iklim zaman purba dan perubahannya hingga sekarang adalah, agar para ahli bisa memprediksi lebih tepat bagaimana iklim pada masa mendatang.
"Dengan begitu, prakiraan iklim di masa datang akan jauh lebih tepat," tutur Satria.
Penelitian ini rencananya akan dimulai pada Mei hingga Juli nanti dan bekerja sama dengan pemerintah setempat. Hasil penelitian diharapkan dapat menjawab pertanyaan mengenai iklim zaman purba dan perubahannya hingga 700 ribu tahun silam. (CNN Indonesia)