Untuk pertama kalinya, ilmuwan di Inggris, berhasil mendeteksi adanya fluktuasi suhu di sebuah planet berbatu. Suhu udara di planet tersebut, mencapai 2.700 derajat celsius dan ilmuwan menganggapnya sebagai neraka.
Planet itu terletak di luar sistem tata surya, dinamakan 55 Cancri e. Ilmuwan percaya, jika suhu udara superpanas itu dihasilkan dari aktivitas vulkanik superbesar yang ada di permukaan planet.
Planet ini ditemukan ilmuwan dengan mengandalkan teleskop luar angkasa Spitzer. Saat melakukan observasi, peneliti menemukan emisi gas panas yang datang dari planet ini. 55 Cancri e mengorbit bintang mirip matahari yang berlokasi 40 tahun cahaya dari konstelasi bintang Cancer.
"Ini merupakan pertama kalinya kami melihat perubahasan suhu yang sangat drastis dari cahaya yang dihasilkan sebuah planet luar. Ini luar biasa untuk ukuran superbumi, karena belum pernah ada emisi gas termal, atau aktivitas permukaan yang pernah terdeteksi di superbumi mana pun sampai saat ini," ujar Dr. Nikku Madhusudhan dari Cambridge Institute of Astronomy, seperti dikutip dari Daily Mail, Rabu 6 Mei 2015.
Madhusudhan mengatakan bahwa saat penelitian berlangsung, mereka melihat adanya perubahan sebanyak 300 persen terhadap sinyal yang datang dari planet ini.
Mereka percaya, jika suhu panas yang kerap berubah ini karena banyaknya gas dan debu yang menyelimuti permukaan. Bisa jadi, sebagian berbentuk cair. Komponen tersebut, muncul dari tingginya aktivitas vulkanis, lebih tinggi dari aktivitas yang pernah diobservasi di lo, salah satu bulan Jupiter yang dianggap paling aktif secara geologis dalam tata surya.
55 Cancri e merupakan salah satu superbumi. Dia adalah planet luar yang memiliki ukuran dia kali lebih besar dibanding yang lain dan massa delapan kali lebih besar dari bumi. Planet itu berlokasi dekat dengan bintang induk. Satu tahun di 55 Cancri e setara dengan 18 jam.
Planet itu juga sangat terkunci. Artinya, planet tidak berotasi seperti layaknya bumi, namun ada sisi siang dan malam yang sudah permanen di sana.
55 Cancri e merupakan superbumi yang paling dekat, sehingga atmosfirnya bisa diperlajari. Dia merupakan kandidat terbaik untuk observasi permukaan dan kondisi atmosfir di planet luar yang bisa diobservasi.
Kebanyakan penelitian planet luar menemukan adanya gas raksasa yang menyelimuti, sama seperti Jupiter dan Saturnus. Gas paling membantu ilmuwan untuk bisa menemukan planet baru.
Observasi awal dari 55 Cancri e menemukan sejumlah besar karbon di dalamnya. Ilmuwan memprediksi planet itu terdiri dari permata. Namun, sayangnya pengukuran para peneliti kerap berubah. Meski tetap kaya dengan karbon namun ilmuwan mengubah prediksi. Bahkan, mereka sempat memprediksi jika 55 Cancri e dipenuhi air. (asp)