Banyak cara yang biasa dilakukan orang tua agar anaknya tenang dan tidur lelap. Beberapa menggunakan dot, obat penenang seperti Benadryl, atau "membedong" jika si anak masih bayi. Tapi tidak demikian di Afganistan. Para ibu di Negeri Taliban itu memberikan anaknya opium agar bisa tidur.
Simaklah kisah Aziza (bukan nama sebenarnya). Nun jauh di sudut Afganistan bagian utara, ibu satu anak itu membuka sebuah lemari kayu yang kusam. Dari dalamnya ia mengambil sesuatu yang terbungkus plastik. Seperti memotong cokelat, perempuan itu lalu memotong kecil isi plastik dan menyuapkannya kepada Omaidullah, putranya yang baru berusia 4 tahun. Ini sarapannya, sepotong opium murni.
"Jika saya tidak memberikan opium, dia tidak tidur dan saya tak bisa bekerja," kata Aziza kepada CNN. Aziza bukan satu-satunya yang melakukan itu. Hampir semua ibu di desanya melakukan hal sama. Mereka memberikan opium tak hanya agar anaknya diam, tapi juga saat anak-anak itu sakit.
"Saya bekerja dan membesarkan anak, karena itu saya mulai menggunakan opium," ujar ibu mertua Aziza, Rozigul. Dia menggulung gumpalan kecil di jarinya dan memasukkan ke mulutnya sambil tersenyum. Kepada CNN Rozigul mengungkapkan, menggunakan barang haram itu lantaran kondisi mereka yang sangat miskin. "Kami tak punya apa-apa untuk dimakan. Itulah mengapa kami harus bekerja dan menggunakan obat terlarang untuk membuat anak-anak kami diam." Tak mengherankan jika semua keluarga besar Rozigul adalah pecandu.
Aziza, yang berasal dari keluarga miskin penenun karpet di Provinsi Balkh, mengaku tak tahu bahwa opium itu zat addictive. Perempuan yang tak pernah mengenyam pendidikan itu juga tak tahu risiko kesehatan akibat mengkonsumsi opium. Dia hanya tahu barang berbahaya itu telah digunakan turun-temurun.
"Opium bukan sesuatu yang baru bagi desa kami. Ini tradisi lama dan bahkan menjadi bagian dari agama di beberapa tempat," ujar Dr Mohamed Daoud Rated, koordinator pusat rehabilitasi narkoba. "Orang-orang menggunakan opium sebagai narkoba atau untuk pengobatan. Jika seorang anak menangis, dia diberi opium; jika mereka tidak bisa tidur, mereka menggunakan opium; dan jika seorang bayi batuk, mereka diberi opium."
Di Afganistan, opium memang tumbuh subur, bahkan negara itu menjadi salah satu penghasil terbesar zat addictive tersebut. Wajar jika warga, terutama yang tinggal di daerah-daerah miskin, akrab dengan tanaman berbahaya itu. Apalagi di daerah miskin umumnya, tak ada pelayanan kesehatan yang nyata dan harga obat pun sangat mahal. Di kalangan anak muda, opium biasanya digunakan agar mereka tahan bekerja berjam-jam dan untuk mengurangi rasa sakit.
sumber : http://tempointeraktif.com/hg/asia/2015/01/29/brk,20110129-309711,id.html