Mahkota Bagi Raja

Hari ini, Rabu 30 Desember 2009, pk.18.45 seorang tokoh nasionalis sejati telah kembali kerumah-Nya yang abadi. Guru bangsa telah dipanggil-Nya. Sejatinya seorang manusia yang penuh kesahajaan, sederhana, lugu dan lugas. Apa yang keluar dari mulutnya adalah kesejatian bangsa. Identitas diri bangsa ini terdapat pada dirinya. Memang demikianlah seharusnya bangsa ini. Rendah hati, teguh, jauh dari munafik, membela yang kecil dan tersingkir, mengakui keberadaan orang lain dan menghormatinya. Sosok Pancasilais sejati.

Gus Dur telah tiada, tetapi aroma pengaruhnya masih dimana-mana, beliau masih hidup diantara yang hidup. Beliau hanya berpindah alam. Jiwanya masih memberi semangat. Nuraninya masih bicara. Agar bangsa ini tumbuh kembang dalam kesahajaan, dalam persatuan dan kesatuan yang hakiki (bukan manipulasi), bangsa yang membenci korupsi, bangsa yang harus hidup bersanding dan berdampingan apapun suku - adat istiadat - budaya - agama dan kepercayaannya.

Seorang proklamator kemanusiaan, kedamaian & perdamaian, persamaan hak dan kwajiban. Tidaklah mudah mencarikan pengganti sosoknya di republik ini. Terlebih pada saat situasi negeri tengah carut marut oleh dekadensi moral dan etika. Sosoknya sebetulnya masih sangat dibutuhkan di negeri tercinta ini. Tetapi bila Tuhan berkehendak lain wallahualam kita harus bisa menerimanya dengan lapang dada. Pastinya Tuhan mempunyai rencana dan kehendak lain pada bangsa ini agar dapat mengambil hikmah atas apa yang telah dan pernah beliau lakukan sepanjang hayatnya.

Gus Dur, adalah raja bagi negeri ini, yang berani mengatakan ‘tidak’ ditengah arus yang berkecamuk, berani mengatakan ‘ya’ ditengah gelombang yang menghantamnya penuh ancaman. Raja yang welas-asih, mampu mengabulkan permintaan hambanya, siap mengorbankan dirinya bagi orang lain/bangsanya tanpa meminta imbalan apapun. Raja sederhana dan bersahaja. Raja yang menyediakan istana bagi rakyatnya. Raja yang menaklukkan lawannya bukan dengan senjata tetapi dengan cinta dan kasih-sayang, dengan perhatian dan pengertian lengkap dengan keutuhan pribadinya yang agung. Raja yang selalu mengajaknya rakyatnya untuk bersikap rasional.

Tahta bagi rakyat ada pada diri Gus Dur.

Dan sekarang ramai diperbincangkan soal gelar pahlawan bagi sosok Gus Dur yang nota bene kiprahnya telah dirasakan bersama seluruh rakyat dari semua golongan di bumi Nusantara ini. Barangkali Gus Dur sendiri di alam-sana sama sekali tidak menghendaki ‘gelar’ itu karena bagi beliau yang utama adalah tindakan bukan obrolan warung kopi. Apalah artinya ‘gelar’ bila tidak terbukti. Apakah hanya untuk gagah-gagahan saja. Tidak. Gus Dur tidak menghendaki hal semacam itu. Diberikan atau tidak ‘gelar’ itu bukan masalah yang terpenting adalah sudah mencoba melakukan yang terbaik bagi bangsa ini, untuk negeri tercinta ini, untuk kebersamaan dan kesatuan NKRI.

Wajah & jiwa Indonesia sesungguhnya ada pada diri Gus Dur.

Mereka yang ingin meng-Indonesia hendaknya seturut dengan apa yang pernah beliau lakukan bagi negeri ini. Indonesia adalah Bhineka Tunggal Ika. Gus Dur adalah Bhineka Tunggal Ika. Sosok pemimpin tanpa pamrih, sosok yang tidak takut miskin hanya karena idealismenya. Teguh, tekun, kokoh dan kuat. Seandainya saja para petinggi kita (Indonesia) mampu bersikap dan bertingkah-laku serta berpikiran seperti beliau maka rakyat akan hidup rukun, makmur dan sejahtera. Wawasannya menjangkau jauh kedepan bahkan tak bisa terdeteksi oleh siapapun.

Bangsa ini kehilangan bapanya, gurunya, panutannya. Namun jangan sampai kehilangan identitasnya. Sebab identitas bangsa ini sesungguhnya ada pada diri beliau. Lihatlah Gus Dur bila ingin melihat Indonesia dan lihatlah Indonesia jika ingin melihat siapa Gus Dur. Beliau paling menderita ketika anak bangsa saling berbenturan, beliau berduka manakala dissintegrasi menggejala, beliau menunduk berdoa saat dirinya dikhianati…

Kemarin adalah kenangan, hari ini adalah kenyataan dan esok adalah impian. Bangkitlah bangsaku kendati Gus Dur telah tiada. Bangkitlah bersama cita-citanya, aspirasinya, cinta dan kasihnya terhadap bangsa ini.

Beliau telah pergi ketika bangsa ini justru sedang membutuhkannya.


Sumber:http://carolusispryono.blogdetik.com/2010/01/05/mahkota-bagi-raja/




Share this article :
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2016. I want to know - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger