Mereka bekerja di lokasi yang berbeda-beda. Ada yang di RS Hasan Basri, Kalimantan Selatan. Ada lagi bekerja di RS Bekasi, dan RS Kalimantan Tengah. Walau berbeda-beda lokasi kerja, kesamaan Meinard Mastoer, Prabudi, Eko Prasetyo, dan Achmad Novel satu jua, sehingga mereka berada ribuan kilometer dari Tanah Air.
"Passion kami memang ada di gunung," kata Meinard setelah tiba di Posko Evakuasi WNI, Kathmandu Guest House, Jumat (1/5).
Mereka adalah empat dokter alumni Universitas Islam Sultan Agung, Semarang, yang kemarin sempat terjebak di Pos Lobuche, Puncak Everest, Nepal. Gempa 7,8 skala richter pada 25 April lalu membuat rencana reuni rekan satu angkatan pendaki Mapadok Unissula untuk mendaki puncak tertinggi dunia itu gagal total.
Lebih apes lagi, empat dokter ini baru pertama ke Everest. Tapi mereka tidak pernah menyesal harus tertahan berhari-hari di tenda, akibat dingin dan transportasi yang terbatas, di ketinggian 4.930 meter dari permukaan laut.
"Kita ingin membantu korban tapi peralatan di atas terbatas," kata Prabudi.
Kini, empat dokter ini akan bertahan di Nepal untuk membantu korban gempa. Meinard dan kawan-kawan siap bergabung dengan tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPN) yang dikirim pemerintah Indonesia pada 29 April lalu.
"Kita akan stay. Kita bantu apa yang bisa dibantu," kata Prabudi.