Makan sudah dikurangi dan melakukan olahraga lebih banyak tapi masih juga sulit menurunkan berat badan. Apa saja yang menyebabkan obesitas susah sekali diperangi? Mungkinkah ada virus obesitas?
Tak sedikit penderita obesitas yang sudah menerapkan rumus kalori masuk sama dengan kalori keluar, olahraga teratur, diet seimbang yang biasanya dilakukan orang untuk menjaga berat badan ideal. Tapi hasilnya tidak ada.
Pakar kesehatan menduga ada faktor-faktor tambahan yang membuat kenaikan berat badan. Efek kurang tidur menjadi pemicu risiko kegemukan dan obesitas.
Peningkatan jumlah penderita obesitas yang pesat selama tiga dekade terakhir ini diduga terkait dengan sedikitnya jumlah jam tidur yang berkurang 2 jam dari yang disarankan (7-8 jam sehari).
"Kurang tidur akan memicu hormon ghrelin, yaitu hormon perangsang nafsu makan dan mengurangi hormon leptin, yaitu hormon pemicu rasa kenyang. Intinya, tidur singkat akan menambah rasa lapar dan nafsu makan untuk menyantap makanan," kata Dr James Gangwisch dari Columbia University seperti dikutip dari Independent, Rabu (6/1/2010).
Carole Caplin, direktur LifeSmart health and Wellbeing Centre di London, mengatakan orang-orang yang kurang tidur cenderung menumpuk lemak. Makan malam dan minum alkohol yang kerap dilakukan orang begadang untuk menghilangkan pikiran karena stres menjadi penyebab obesitas.
Selain kurang tidur, ada beberapa hal lainnya yang bisa menjadi faktor kegemukan.
1. Efek samping obat-obatan
Obat-obatan seperti steroid, anti depresi, anti psychotics dan anti epileptic bisa menstimulasi nafsu makan. Selain itu obat tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan pil kontrasepsi pun bisa menyebabkan berat badan bertambah. Satu-satunya cara untuk menghindari efek samping tersebut adalah dengan berkata jujur pada dokter. Jika memungkinkan dokter akan memberi obat lain yang tidak menimbulkan efek samping gemuk.
2. Efek tua
Seiring bertambahnya usia, kebanyakan pria maupun wanita akan mengalami pertambahan berat badan. Tak heran karena biasanya semakin tua seseorang semakin jarang pula berolahraga. Hal ini akan mempengaruhi metabolisme tubuh dan hormon terutama pada wanita.
3. Efek virus
Rasanya agak aneh mungkin jika dikatakan ada virus yang menyebabkan obesitas. Namun Dr Dhurandher dari Wayne State University in Detroit, Michigan menyebutkan fakta yang berhubungan dengan hal tersebut. Menurutnya obesitas seperti sebuah virus yang cepat menyebar layaknya kebakaran hutan.
Sebuah epidemik meninggalnya ayam pada tahun 1980 di Bombay menunjukkan bahwa ayam yang terinfeksi adenovirus (virus penyebab flu biasa pada manusia) lebih banyak menimpa ayam-ayam yang gemuk daripada ayam kurus. Studi lainnya juga menunjukkan bahwa satu dari lima orang obesitas menunjukkan infeksi adenovirus.
4. Efek kurang bergerak
Tubuh kita sebenarnya ingin bergerak tapi lingkungan yang membatasi dan menekan keinginan tersebut. Menurut Professor Levine, pengarang buku 'Move A Little, Lose A Lot', rata-rata orang hanya berjalan kaki 5.000 hingga 6.000 langkah tiap harinya, padahal seharusnya sekitar di atas 10.0000 langkah.
5. Efek berhenti merokok
Perokok berat membakar sekitar 200 kalori tiap harinya. Rokok juga merupakan penekan nafsu makan karena bisa menghambat produksi hormon insulin di pankreas. Tapi yang mengejutkan adalah, berhenti merokok merupakan penyebab bertambahnya berat badan.
Rata-rata mantan perokok akan mengalami pertambahan berat badan setelah beberapa bulan berhenti merokok. Hal itu disebabkan makanan dijadikan sebagai pengganti rokok untuk menciptakan rasa nyaman. Meski demikian, yang harus diingat adalah berat badan bisa diatasi tapi paru-paru yang sudah rusak akan susah diperbaiki.
6. Efek gen dalam tubuh
Terdapat setidaknya 50 gen yang berhubungan dengan obesitas pada manusia, yang paling terkenal adalah gen FTO. Gen tersebut akan diturunkan dan akan menimbulkan rangsangan nafsu makan di otak. Tapi menurut Dr Sarah Leibowitz dari Rockefeller University, faktor genetik sebenarnya bisa dimanipulasi dan dikalahkan oleh faktor lingkungan.
7. Efek suhu ruangan
Peneliti dari American National Center for Healthy Housing sudah membuktikan pada tikus percobaan bahwa lingkungan yang hangat akan memicu kegemukan. Ketika tubuh kepanasan dan berkeringat, yang paling banyak dikeluarkan tubuh adalah cairan bukan kalori. Tapi ketika berada di lingkungan dingin, tubuh akan bergerak lebih banyak untuk mendapatkan panas dan kehangatan tubuh.
Intinya untuk mencegah obesitas dan mendapat tubuh ideal banyak hal yang harus diperhatikan. Niat ingin sehat dan punya badan ideal akan sia-sia jika hanya mengandalkan satu macam usaha. Untuk sehat, seseorang harus rela mengusahakan semua hal, mulai dari olahraga, makan yang benar hingga tidur cukup. Total konsep adalah rahasia sederhana untuk mendapat badan ideal dan hidup sehat.
"Tidak bisa kita hanya mengandalkan satu macam faktor saja misalkan olahraga terus-terusan atau konsumsi makanan sehat tapi kurang tidur misalnya. Untuk mendapatkan hasil yang bagus dibutuhkan total concept atau konsep keseluruhan," kata dr Phaidon L Toruan, MM yang juga pengarang buku Fat Loss Not Weight Loss saat dihubungi detikhealth, Rabu (6/1/2020).
Menurutnya, tiap orang memang punya jam biologis dan faktor biologis yang berbeda-beda, tapi dengan pengaturan yang baik tidak ada yang mustahil termasuk menjaga berat badan.
Sumber: Detik.com
Tak sedikit penderita obesitas yang sudah menerapkan rumus kalori masuk sama dengan kalori keluar, olahraga teratur, diet seimbang yang biasanya dilakukan orang untuk menjaga berat badan ideal. Tapi hasilnya tidak ada.
Pakar kesehatan menduga ada faktor-faktor tambahan yang membuat kenaikan berat badan. Efek kurang tidur menjadi pemicu risiko kegemukan dan obesitas.
Peningkatan jumlah penderita obesitas yang pesat selama tiga dekade terakhir ini diduga terkait dengan sedikitnya jumlah jam tidur yang berkurang 2 jam dari yang disarankan (7-8 jam sehari).
"Kurang tidur akan memicu hormon ghrelin, yaitu hormon perangsang nafsu makan dan mengurangi hormon leptin, yaitu hormon pemicu rasa kenyang. Intinya, tidur singkat akan menambah rasa lapar dan nafsu makan untuk menyantap makanan," kata Dr James Gangwisch dari Columbia University seperti dikutip dari Independent, Rabu (6/1/2010).
Carole Caplin, direktur LifeSmart health and Wellbeing Centre di London, mengatakan orang-orang yang kurang tidur cenderung menumpuk lemak. Makan malam dan minum alkohol yang kerap dilakukan orang begadang untuk menghilangkan pikiran karena stres menjadi penyebab obesitas.
Selain kurang tidur, ada beberapa hal lainnya yang bisa menjadi faktor kegemukan.
1. Efek samping obat-obatan
Obat-obatan seperti steroid, anti depresi, anti psychotics dan anti epileptic bisa menstimulasi nafsu makan. Selain itu obat tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan pil kontrasepsi pun bisa menyebabkan berat badan bertambah. Satu-satunya cara untuk menghindari efek samping tersebut adalah dengan berkata jujur pada dokter. Jika memungkinkan dokter akan memberi obat lain yang tidak menimbulkan efek samping gemuk.
2. Efek tua
Seiring bertambahnya usia, kebanyakan pria maupun wanita akan mengalami pertambahan berat badan. Tak heran karena biasanya semakin tua seseorang semakin jarang pula berolahraga. Hal ini akan mempengaruhi metabolisme tubuh dan hormon terutama pada wanita.
3. Efek virus
Rasanya agak aneh mungkin jika dikatakan ada virus yang menyebabkan obesitas. Namun Dr Dhurandher dari Wayne State University in Detroit, Michigan menyebutkan fakta yang berhubungan dengan hal tersebut. Menurutnya obesitas seperti sebuah virus yang cepat menyebar layaknya kebakaran hutan.
Sebuah epidemik meninggalnya ayam pada tahun 1980 di Bombay menunjukkan bahwa ayam yang terinfeksi adenovirus (virus penyebab flu biasa pada manusia) lebih banyak menimpa ayam-ayam yang gemuk daripada ayam kurus. Studi lainnya juga menunjukkan bahwa satu dari lima orang obesitas menunjukkan infeksi adenovirus.
4. Efek kurang bergerak
Tubuh kita sebenarnya ingin bergerak tapi lingkungan yang membatasi dan menekan keinginan tersebut. Menurut Professor Levine, pengarang buku 'Move A Little, Lose A Lot', rata-rata orang hanya berjalan kaki 5.000 hingga 6.000 langkah tiap harinya, padahal seharusnya sekitar di atas 10.0000 langkah.
5. Efek berhenti merokok
Perokok berat membakar sekitar 200 kalori tiap harinya. Rokok juga merupakan penekan nafsu makan karena bisa menghambat produksi hormon insulin di pankreas. Tapi yang mengejutkan adalah, berhenti merokok merupakan penyebab bertambahnya berat badan.
Rata-rata mantan perokok akan mengalami pertambahan berat badan setelah beberapa bulan berhenti merokok. Hal itu disebabkan makanan dijadikan sebagai pengganti rokok untuk menciptakan rasa nyaman. Meski demikian, yang harus diingat adalah berat badan bisa diatasi tapi paru-paru yang sudah rusak akan susah diperbaiki.
6. Efek gen dalam tubuh
Terdapat setidaknya 50 gen yang berhubungan dengan obesitas pada manusia, yang paling terkenal adalah gen FTO. Gen tersebut akan diturunkan dan akan menimbulkan rangsangan nafsu makan di otak. Tapi menurut Dr Sarah Leibowitz dari Rockefeller University, faktor genetik sebenarnya bisa dimanipulasi dan dikalahkan oleh faktor lingkungan.
7. Efek suhu ruangan
Peneliti dari American National Center for Healthy Housing sudah membuktikan pada tikus percobaan bahwa lingkungan yang hangat akan memicu kegemukan. Ketika tubuh kepanasan dan berkeringat, yang paling banyak dikeluarkan tubuh adalah cairan bukan kalori. Tapi ketika berada di lingkungan dingin, tubuh akan bergerak lebih banyak untuk mendapatkan panas dan kehangatan tubuh.
Intinya untuk mencegah obesitas dan mendapat tubuh ideal banyak hal yang harus diperhatikan. Niat ingin sehat dan punya badan ideal akan sia-sia jika hanya mengandalkan satu macam usaha. Untuk sehat, seseorang harus rela mengusahakan semua hal, mulai dari olahraga, makan yang benar hingga tidur cukup. Total konsep adalah rahasia sederhana untuk mendapat badan ideal dan hidup sehat.
"Tidak bisa kita hanya mengandalkan satu macam faktor saja misalkan olahraga terus-terusan atau konsumsi makanan sehat tapi kurang tidur misalnya. Untuk mendapatkan hasil yang bagus dibutuhkan total concept atau konsep keseluruhan," kata dr Phaidon L Toruan, MM yang juga pengarang buku Fat Loss Not Weight Loss saat dihubungi detikhealth, Rabu (6/1/2020).
Menurutnya, tiap orang memang punya jam biologis dan faktor biologis yang berbeda-beda, tapi dengan pengaturan yang baik tidak ada yang mustahil termasuk menjaga berat badan.
Sumber: Detik.com