Mau makan apa lo??? Makan tuh passion!”
Saat-saat menjelang wisuda itu pembicaraan akan selalu mengerucut pada satu topik: Kerja di mana nanti setlah lulus? Rekan-rekan seangkatan saya, banyak yang sebelum lulus pun sudah bisa menjawab, entah itu di perusahaan multinasional, BUMN, dan deretan perusahaan mentereng lainnya. Saat itu saya ditanya untunglah masih bisa menjawab, biar passion yang menggiring nasib. Bagi yang tidak bisa menjawab, selamat datang dalam kelompok pengangguran terbuka.
Masih banyak sekali orang yang dengan terpaksa mengorbankan passion nya atau panggilan hatinya hanya karena tidak yakin passion tersebut relevan dengan tren dan perkembangan zaman. Banyak teman saya yang mengorbankan passion, yang penting kerja di tempat keren dengan gaji oke. Sementara saya, rela deh gaji kecil tetapi yang penting sesuai dengan passion yang saya miliki. Ada juga yang mengorbankan passion nya karena dorongan dari orang lain. Sebagai contoh, banyak orang yang senang menggambar dan melukis terpaksa memilih jurusan teknik saat kuliah karena banyak yang bilang, “mau jadi apa hidup sebagai seorang pelukis?”
Pernah mengalami hal yang serupa? Saya pun pernah.
Sebagai salah satu orang yang mendukung mazhab hidup dan kerja perlu mengikuti passion, saya memegang sebuah aturan sederhana yang berbunyi, “Great results come from a great work. A great work comes from doing your passion.” Sebuah hasil terbaik akan muncul dari kinerja terbaik. Bagaimana untuk menghasilkan kinerja terbaik? Tidak lain adalah dengan mengerjakan apa yang kita cintai.
Saya jadi teringat sewaktu 3 tahun yang lalu di mana saya masih bingung dan tidak mengetahui apa passion saya. Saya belum menyadari bahwa mengetahui passion itu sangat penting. Saya pun selalu mencoba mengejar trend yang ada. Ranking 1 di sekolah, masuk ke jurusan teknik industri, dan semua itu benar-benar berdasarkan tren, arahan orang tua, bukan berasal dari diri saya sendiri.
Hingga sampailah saya di sebuah titik dan pertanyaan besar: kok rasanya apa yang saya lakukan itu monoton? Cepat bosan, stuck dan tidak ada inovasi lain ya?
Saya terus berpikir dan mencari tahu apa yang saya sukai. Sampailah ke sebuah hasil yang cukup mengagetkan: saya suka sekali menulis, mengajar, dan berwirausaha. Tiga passion yang cukup unik dan sedikit berbeda dengan jurusan yang saya ambil, Teknik Industri. Sewaktu saya mencoba menulis, ada beberapa teman saya yang bilang, “Emang menulis bisa bikin lo ngasilin duit dan bikin kaya?”
Tetapi itu tidak masalah. Showing My Passion, why not? Saya punya keunikan, saya sudah tahu hal-hal apa yang saya sukai. Sejak tahu bahwa passion saya di bidang itu, maka saya fokuskan kekuatan passion saya ini. Akhirnya saya mulai menekuni apa yang saya sukai. Menulis, mengajar, dan berwirausaha. Dan…. dari setahun perjalanan, saya tidak menyangka perkembangannya akan sangat pesat sekali (menurut saya).
Teman saya benar, saya tidak bisa makan dari passion saya. Namun, saya merasakan kerja yang jauh lebih bersemangat dan membuat saya tidak merasa lapar, hehe. Sejak saat itu saya pun membaca lebih banyak, menulis lebih banyak, dan mengajar lebih banyak.
Hingga akhirnya saya bisa makan passion dengan enak pake banget lagi.
Perjuangan awalnya memang pahit, namun dari sini saya kemudian memiliki kesimpulan sendiri (tolong divalidasi jika salah) berdasarkan pengalaman saya, yaitu:
"Orang yang menjalani passionnya akan banyak mengalami badai pada awal-awal keputusannya. Seperti penolakan, dibilang aneh, konyol, bodoh, dan sebagainya. TETAPI orang-orang ini terus berkembang, bersemangat, dan memiliki progres yang positif tanpa limit seiring berjalannya waktu."
"Sementara orang yang menjalankan hidup tidak sesuai apa passion mereka, suatu saat kelak akan mengalami limit pertumbuhan dan membuat diri mereka tidak dapat berkembang lagi secara lebih jauh sehingga akan stuck pada satu titik secara stagnan."
Paradigma TS Menurut saya tidak masalah sekarang kita kuliah di jurusan apa, atau sudah bekerja di perusahaan mana. Just showing your passion! Bekerja tidak hanya sekedar masalah uang, namun juga kebahagiaan batin. Berawal dari melakukan apa yang kita cintai itulah, kemudian kita bisa memberikan hasil terbaik. Bahagia secara batin. Dikejar dengan posisi strategis serta rezeki yang tidak disangka. Bukankah tidak ada yang lebih menarik selain dibayar mahal atas mengerjakan suatu hal yang sangat kita senangi?
(sumber)