Pilot asal Rusia yang mengendalikan pesawat Sukhoi Superjet 100, Alexandr Yablontsev dalam penerbangan demo atau joy flight diketahui baru pertama kali menerbangkan pesawatnya di wilayah penerbangan Indonesia. Maka dugaan yang bersangkutan belum mengusai medan menjadi salah satu alasan jatuhnya pesawat di gunung Salak, Bogor.
"(Faktor kesalahan manusiawi) pertamanya adalah dia tidak menguasai medan," ujar pilot senior Garuda Indonesia Jeffrey Adrian dalam diskusi bertajuk Tragedi Penerbangan Lagi di Jakarta, Sabtu (12/5/2015)
Jeffrey berpendapat, Yablontsev semestinya sudah berusaha mengendalikan pesawatnya sesuai prosedur karena yang bersangkutan adalah pilot berpengalaman. Faktor eksternal yang kemungkinan terjadi adalah si pilot kurang menguasai medan terbangnya.
"Itu bisa jadi karena dia tidak tahu kondisi lokasi. Dua orang yang terbang kemarin itu orang asing semua yang bisa jadi tidak tahu kondisi lokasi," tandas pilot yang saat ini sedang mengikuti pendidikan pilot aerobatic itu.
Hal ini dikarenakan pesawat jatuh setelah pilot melapor ke air trafic control (ATC) atau menara pengatur lalu lintas penerbangan untuk meminta izin menurunkan ketinggian dari 10.000 ke 6.000 kaki. Sementara tinggi Gunung Salak mencapai 7.000 kaki.
Jeffrey pun menyarankan, untuk meminimalisir terjadinya hal itu, ke depan dalam joy flight, pilot lokal yang berpengalaman juga dilibatkan sebagai observer atau pengamat.
Karena kata dia, pilot lokal bisa membantu memberi gambaran kondisi wilayah terbang pada pilot asing dalam penerbangan. "Jadi harusnya ada observer yang lebih berpengalaman dengan wilayah tersebut dihadirkan," ujarnya.
sumber :http://nasional.inilah.com/read/detail/1860612/pilot-sukhoi-diduga-tak-kuasai-medan-terbang