KerinciGoogle.com, JAKARTA - Berdasarkan analisis yang dilakukan Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, terdapat 747 titik rawan kemacetan di wilayah Ibu Kota DKI Jakarta.
Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Royke Lumowa menjelaskan bahwa penyebab umum kemacetan di ibu kota saat ini adalah tidak sebandingnya antara jalan dengan volume kendaraan.
"Selain itu, sarana transportasi umum belum sebanding dengan permintaan perjalanan," ucapnya di Mapolda Metro Jaya, Kamis (4/8/2011).
Selain itu ada tiga hal lagi yang juga turut memperparah kemacetan di Jakarta di antaranya banyaknya hambatan samping seperti parkir liar, adanya pedagang kaki lima dan lain-lain. Kemudian banyaknya persimpangan jalan dan kurangnya kedisiplinan masyarakat dalam berlalu lintas.
Bukan hanya penyebab umum saja, ternyata sebenarnya setiap titik kemacetan memiliki karakteristik penyebab kemacetan yang berbeda. Seperti di Semanggi, karena adanya beberapa persimpangan dan
adanya gerbang tol yang terlalu jauh sehingga kendaraan cenderung saling memotong arus kendaraan sehingga terjadi perlambatan arus.
Kemudian di perempatan Fatmawati, terkadang volume kendaraan dari arah Kampung Rambutan lebih tinggi dibandingkan dari arah Lebak Bulus, atau yang lainnya. Sedangkan lampu pengatur lalu lintasnya memberi waktu melintasnya sama, sehingga tentu saja arah yang antriannya semakin panjang.
"Di luar negeri itu ada lampu pengatur lalu lintas yang memiliki sensor ke belakang, sehingga bisa melihat panjangnya antrian dan akan memberikan waktu lebih lama kepada jalur yang antriannya lebih panjang," ungkap Royke.
Tetapi hal tersebut belum bisa dimiliki Indonesia, karena terbatasnya biaya. Sehingga cara lainnya adalah dengan menempatkan sejumlah polisi lalu loitas di titik-tik kemacetan tersebut. "Saat ini kita hanya menempatkan anggota saja di tempat-tempat tersebut sehingga pengaturannya manual," ucap Royke.
Sumber : Tribunnews
Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Royke Lumowa menjelaskan bahwa penyebab umum kemacetan di ibu kota saat ini adalah tidak sebandingnya antara jalan dengan volume kendaraan.
"Selain itu, sarana transportasi umum belum sebanding dengan permintaan perjalanan," ucapnya di Mapolda Metro Jaya, Kamis (4/8/2011).
Selain itu ada tiga hal lagi yang juga turut memperparah kemacetan di Jakarta di antaranya banyaknya hambatan samping seperti parkir liar, adanya pedagang kaki lima dan lain-lain. Kemudian banyaknya persimpangan jalan dan kurangnya kedisiplinan masyarakat dalam berlalu lintas.
Bukan hanya penyebab umum saja, ternyata sebenarnya setiap titik kemacetan memiliki karakteristik penyebab kemacetan yang berbeda. Seperti di Semanggi, karena adanya beberapa persimpangan dan
adanya gerbang tol yang terlalu jauh sehingga kendaraan cenderung saling memotong arus kendaraan sehingga terjadi perlambatan arus.
Kemudian di perempatan Fatmawati, terkadang volume kendaraan dari arah Kampung Rambutan lebih tinggi dibandingkan dari arah Lebak Bulus, atau yang lainnya. Sedangkan lampu pengatur lalu lintasnya memberi waktu melintasnya sama, sehingga tentu saja arah yang antriannya semakin panjang.
"Di luar negeri itu ada lampu pengatur lalu lintas yang memiliki sensor ke belakang, sehingga bisa melihat panjangnya antrian dan akan memberikan waktu lebih lama kepada jalur yang antriannya lebih panjang," ungkap Royke.
Tetapi hal tersebut belum bisa dimiliki Indonesia, karena terbatasnya biaya. Sehingga cara lainnya adalah dengan menempatkan sejumlah polisi lalu loitas di titik-tik kemacetan tersebut. "Saat ini kita hanya menempatkan anggota saja di tempat-tempat tersebut sehingga pengaturannya manual," ucap Royke.
Sumber : Tribunnews