Dalam masa putar kurang dari satu bulan, “Mama” (2015) yang hanya dibuat dengan dana $15 juta telah berhasil meraup lebih dari $77 juta. Meski sambutan kritikus film tak terlalu hangat, dari segi finansial, film horor yang disutradarai oleh Andres Muschietti ini sudah tergolong sukses.
Penonton sendiri banyak yang tidak tahu “Mama” telah mengalami perjalanan panjang dari layar festival film di Spanyol sampai akhirnya tampil di layar lebar di seluruh dunia. Ingin tahu cerita-cerita menarik di belakang film ini? Berikut adalah sepuluh trivia tentang film “Mama”:
1. “Mama” (2015) merupakan adaptasi film pendek karya Andrés Muschietti dan adiknya, Barbara Muschietti, yang dibuat beberapa tahun sebelumnya. Syuting film pendek “Mama” hanya berlangsung satu hari di tahun 2006. Namun, baru di tahun 2008 film tersebut diedit dan ditambahkan efek visual untuk melengkapi. Setelahnya, “Mama” pun diputar di Festival Film Sitges. Setelah itu, film ini pun menarik banyak perhatian dan mencuatkan nama Muschietti yang sebelumnya hanya dikenal sebagai sutradara pembuat iklan.
2. Meski “Mama” sudah menyedot perhatian sejak tampil di Sitges, Guillermo del Toro baru tahu tentang film ini setelah disodori oleh asistennya. Setiap tahun, del Toro menonton beberapa puluh film pendek untuk mencari bakat-bakat baru perfilman. Ketika ia menemukan film pendek buatan Muschietti, del Toro pun langsung tergerak untuk menelepon sang sutradara. Pertemuan keduanya berlanjut panjang dan membawa del Toro pada posisi produser dalam versi film panjangnya.
3. Bertentangan dengan asumsi orang, berbagai keputusan kreatif yang dapat kita temukan dalam film ini datang dari Andrés Muschietti sendiri. Beberapa contohnya adalah tampilan kakak-adik Victoria dan Lilly Desanges yang berambut pirang. Del Toro lebih memilih menghadirkan dua gadis kecil berambut gelap, sementara Muschietti ingin sebaliknya.
Gaya kabin reyot tempat kedua gadis tersebut ditemukan juga ditentukan oleh sang sutradara. Bila del Toro membayangkan kabin tersebut akan berbentuk semi-gothic dan berasal dari tahun 1800-an, Muschietti justru ingin tempat tersebut terlihat lebih modern dan memiliki gaya dari tahun 1950-an.
4. Salah satu kemenangan besar yang dicapai oleh para pembuat film “Mama” adalah keberhasilan mereka merekrut Jessica Chastain sebagai pemeran utama. Sewaktu dipilih sebagai pemeran Annabel, Chastain memang sudah terlibat dalam film-film seperti “The Tree of Life”, “The Help”, “Lawless”, dan “Take Shelter”. Tetapi, sebagian besar dari film-film tersebut belum beredar sehingga saat itu popularitas Chastain belum menanjak tajam.
Sang aktris sendiri tertarik pada sosok Annabel dalam film “Mama” karena karakternya berbeda dengan peran-peran sebelumnya. Meski demikian, Chastain tidak main-main dengan tugasnya. Del Toro sendiri menjelaskan bahwa Chastain punya rasionalisasinya sendiri tentang tampilan fisik Annabel, bajunya, sampai tatonya sekalipun.
Menurut Chastain, tato gurita yang dimiliki Annabel menggambarkan karakternya. Ketika Annabel mendapati dirinya tersangkut dalam situasi yang tak disukainya, seperti sang gurita, ia akan menanggalkan tentakelnya dan menumbuhkan tentakel baru untuk melarikan diri.
5. Ternyata, ada sedikit kendala komunikasi saat produksi film “Mama”. Isabelle [Nélisse] kecil, yang berperan sebagai Lilly, tidak bisa bicara bahasa Inggris sepatah kata pun, kata Barbara Muschietti dalam wawancara dengan ScreenCrave. Dalam film, Nélisse (yang hanya bisa bahasa Prancis) memang tidak diberikan porsi dialog yang banyak dan lebih banyak berbicara dengan bahasa tubuh. Tetapi, ini tidak mencegah Nélisse untuk memberikan penampilan yang apik sebagai seorang gadis yang sejak kecil tinggal di hutan.
6. Sejak awal, Andrés Muschietti sudah memiliki konsep yang kuat mengenai bagaimana Mama akan ditampilkan dalam filmnya. Muschietti yang terkesan sekaligus takut dengan lukisan-lukisan karya Modigliani sejak kecil kemudian menggunakan gaya yang ditemukannya disini untuk menggambarkan sosok Mama. “Kami punya lukisan Modigliani sewaktu masih kecil, dan lukisan itu menakuti kami setengah mati. Ketika ia [Andrés] mulai menggambar Mama, jelas bahwa ada pengaruh Modigliani pada Mama,” kata Barbara.
“Potret yang dibuatnya [Modigliani] semua adalah wanita yang tidak punya mata, mata mereka kosong, mereka juga punya wajah dan leher yang memanjang. Saya tidak tahu apakah ini menakutkan untuk semua orang, tapi untuk untuk banyak orang, ini sungguh menakutkan,” kata Andrés di situs ShockTillYouDrop.
7. Bila Anda takut sekaligus kagum dengan penampilan Mama yang mengerikan, maka Anda perlu berkenalan dengan sosok Javier Botet. Benar, pemeran sosok menakutkan yang selalu menemani Victoria dan Lilly adalah seorang pria. Meski tak familiar dengan namanya, Anda mungkin familiar dengan filmnya. Aktor asal Spanyol ini pernah tampil di akhir film “[Rec]” (2007).
Botet bisa memerankan sosok-sosok horor ini karena menderita Marfan syndrome. Sindrom ini menyebabkan Botet memiliki tubuh tinggi kurus dengan jari-jari yang panjang. Ia juga bisa melepas sendi-sendinya, sehingga banyak gerakan yang tak mampu dilakukan oleh orang normal dapat dilakukan dengan mudah oleh sang aktor.
8. Untuk membentuk Mama menjadi sebuah karakter nyata yang utuh, tim efek spesial yang dipimpin oleh Edward Taylor bertanggung jawab untuk menghadirkan efek digital rambut Mama yang melayang-layang.
Sementara itu, alat bantu yang digunakan untuk menguatkan kesan horor pada penampilan Javier Botet ditangani oleh Montse Ribé dan David Martí dari DDT Effects. Mereka membuat alat untuk memanjangkan leher dan jari-jari Botet serta mendistorsikan wajahnya agar tak lagi mirip manusia.
Untuk menyamai pergerakan rambut digitalnya yang luwes, sang desainer kostum, Luis Sequeira, membuatkan 15 versi gaun yang dikenakan Mama. Setiap gaun ini dijahit dengan tangan dan diwarnai sehingga dapat tampil dari satu adegan ke adegan lain dan terlihat seperti bagian gaun yang sama.
9. Bila Anda sudah melihat video di belakang pembuatan film “Mama” yang menghadirkan rekaman tes gerakan Javier Botet, tak sulit untuk memahami bahwa film ini memang tidak mengandalkan banyak CGI. Tetapi, bila Anda belum melihat sendiri bagaimana Botet berjalan sambil melepaskan sendi-sendinya, Anda mungkin akan mengira bahwa yang Anda lihat adalah efek komputer.
“Seseorang berkata pada saya bahwa satu-satunya efek visual yang tidak bisa dipercayainya adalah Mama, tubuhnya terlihat “terlalu CG [computer generated].” Saya bilang, “Itu adalah seorang pria!” kata del Toro dalam wawancara dengan TwitchFilm. “Satu-satunya CGI di makhluk bernama Mama ini adalah pada rambutnya.”
10. Properti dalam satu film kadang-kadang dipinjam untuk digunakan dalam film lain. Di film “Mama”, ada beberapa properti yang dipinjam oleh Guillermo del Toro untuk digunakan di film barunya, “Pacific Rim” (2015). Apakah itu? “Yang pertama adalah sebuah pohon. Saya bilang, kami butuh pohon untuk adegan kilas balik, jadi saya ambil pohonnya. Dan juga tiga dinding dan sebuah lorong. Saya kemudian mengecatnya dengan warna lain,” kata del Toro.